Jawa Barat merupakan jantung budaya Sunda atau biasa disebut sebagai Tatar Sunda/Pasundan meskipun banyak pendatang yang menetap dan tinggal dari berbagai suku bangsa lain di Indonesia. Sekilas mengenai Kota Bekasi, nama Bekasi berasal dari kata Bagasasi yang artinya sama dengan Candrabaga yang tertulis di dalam Prasasti Tugu era Kerajaan Tarumanegara, yaitu nama sungai yang melewati kota ini.
Perbedaan Kota Bekasi dengan Kabupaten Bekasi adalah jika Kota Bekasi dipimpin oleh wali kota, sedangkan Kabupaten Bekasi dipimpin oleh bupati. Keduanya memiliki wewenang khusus dalam menjalankan pemerintahan. Hari jadi kedua wilayah ini berbeda begitu juga dengan lambang daerah antara Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi.
Kabupaten Bekasi itu sendiri terletak di Provinsi Jawa Barat yang memiliki luas wilayah 1.041,25 km² dengan populasi sekitar 3.214.791 jiwa pada tahun 2023 saat ini. Secara geografis, Kabupaten Bekasi terletak pada posisi 106′-88’97“ Bujur Timur dan 610′- 630′ Lintang Selatan.
Kabupaten Bekasi terdiri atas 23 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Sebagaimana Jawa Barat merupakan tatar Sunda, jadi suku asli Kabupaten Bekasi adalah suku Sunda. Ibukota Kabupaten Bekasi berada di Kecamatan Cikarang Pusat. Sebagian besar wilayahnya memiliki potensi sumber air dari beberapa sungai yang melintasinya.
Desa Telaga Murni
Desa Telaga Murni terletak di Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Pada awalnya, desa ini adalah bagian dari Kecamatan Cikarang yang kemudian berkembang menjadi desa mandiri bernama Desa Telaga Murni. Seiring berjalannya waktu, desa ini mengalami pertumbuhan yang signifikan dengan pembangunan infrastruktur dan peningkatan kualitas hidup penduduk.
Perubahan Sosial
Perubahan sosial merupakan segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, mencakup nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok dalam masyarakat.
Perubahan sosial di Kabupaten Bekasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti diantaranya perubahan kondisi geografis (urbanisasi dan industrialisasi), perkembangan teknologi (perubahan cara berkomunikasi dan gaya hidup), pertumbuhan ekonomi, akulturasi, perubahan lingkungan (alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan industri dan perumahan), dan kontak sosial (beragamnya etnis di wilayah Bekasi membentuk karakteristik budaya dan bahasa). Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi perubahan sosial dan kebudayaan di Kabupaten Bekasi baik secara positif maupun negatif.
Saya sendiri tinggal di Perumahan Telaga Pesona, Desa Telaga Murni, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi. Potensi alam dan budaya yang dimiliki di sekitar kawasan Desa Telaga Murni seperti perbukitan, sawah, dan danau, turut memberikan daya tarik bagi sektor pariwisata. Pembangunan infrastruktur di desa ini mencakup jalan, saluran irigasi, serta fasilitas pendidikan dan kesehatan. Adanya Eco Edu Park di kawasan masjid Baitul Makmur, Perumahan Telaga Sakinah, Cikarang Barat juga menjadi bukti keberlanjutan dari pemanfaatan konsep Eco Masjid, dimana air wudhu di daur ulang untuk menyiram tanaman, membuat pupuk kompos, bahkan bisa dipakai untuk ternak lele juga.
Dalam hal aspek kebudayaan, Bekasi itu campuran „Betawi‟ dengan „Sunda‟. Mayoritas warga Bekasi berasal dari Jakarta dan sebagian daerah Bekasi merupakan bagian dari provinsi Jawa Barat yang merupakan territorial Sunda. Hampir 50 persen penduduk Kabupaten Bekasi adalah orang Betawi yang menyebar dan menetap di Kecamatan Tarumajaya, Babelan, Tambelang, Tambun Utara, Sukawangi, Sukakarya, Karang Bahagia, dan Cikarang Barat.
Adanya urbanisasi, migrasi, dan interaksi sosial tersebut dapat menyebabkan penggunaan bahasa Betawi menjadi umum di wilayah Kabupaten Bekasi dan dipergunakan sebagai bahasa sehari-hari. Bahasa “Nyablak”, begitulah kebanyakan orang menyebutnya.
Kawasan Industri
Kabupaten Bekasi dikenal dengan sebutan kota industri. Hal ini bisa di jumpai di daerah Cikarang yang merupakan pusatnya industri, dimana akan terlihat banyak sekali pabrik – pabrik yang berjejer dan terbagi dalam suatu kawasan industri seperti kawasan ejip, hyundai, delta silicon, jababeka, sampai kawasan industri MM 2100. Masing-masing kawasan memiliki lebih dari seratus pabrik yang beroperasi.
Tak hanya itu, banyak kawasan hunian yang dikembangkan oleh banyak pengembang besar seperti Lippo Cikarang, Sinar Mas Land, dan lain-lain. Apartemen, hotel, pusat belanja, hingga pendidikan juga ada di dalam kawasan industrial ini.
Fenomena Pulang Kampung
Hal yang paling sederhana untuk melihat dan mengamati kultur sosial masyarakat di Bekasi adalah pada saat hari raya Idul Fitri. Fenomena tahunan yang terlihat adalah banyaknya perumahan yang kosong ditinggal penghuninya, lapak-lapak kosong dipasar tradisonal yang ditinggal pemiliknya, arus lalu lintas yang lenggang di titik-titik kemacetan. Sebab, sebagian besar penduduk Bekasi pulang ke kampung halamannya masing-masing.
Batik Bekasi
Corak dan warna khas Batik Bekasi disebut dengan nama Batik Tarawang. Batik Tarawang menjadi identitas budaya dan pernah ditampilkan dalam pameran Batik Jawa pada tahun 1892 di Amsterdam, Belanda.
12 pakem batik Bekasi terbagi kedalam 5 kategori, yaitu :
- Flora (dintaranya bambu, buah kecapi, bunga melati dan teratai)
- Fauna (diantaranya ikan gabus, lele, ikan sepat dan ikan betik)
- Sejarah (diantaranya gedung juang Tambun, kali Bekasi, monumen perjuangan dan bambu runcing)
- Budaya (diantaranya tari topeng, legenda rawa tembaga, permainan anak seperti benteng serta tanidor)
- Batik terang warna hijau lumut, hijau daun dan merah tanah.
Wayang Kulit Bekasi
Wayang Kulit Bekasi sebenarnya masih sama latar belakangnya dengan wayang-wayang sejenis yang ada di Pulau Jawa. Namun yang membedakannya adalah faktor sosiologis dan pengaruh budaya lingkungannya. Perbedaan lainnya adalah tokoh yang lebih mirip dengan wayang golek, misalnya seperti Semar, Cepot, Udel, dan Gareng. Segi permainnannya mungkin dapat pengaruh dari wayang golek Sunda, sekalipun bahasa yang digunakan adalah bahasa Bekasi (Betawi pinggiran).
‘Lutung Jawa’ Satwa Endemik di Kabupaten Bekasi
Kabupaten Bekasi juga memiliki satwa endemik yaitu lutung Jawa (Trachypithecys Auratus Mauritus). Satwa endemik ini berada di sepanjang pesisir Kecamatan Muara Gembong yang dimana saat ini keberadaanya diambang kepunahan dengan jumlah kurang dari 100 ekor.
Jadi, menurut saya Kabupaten Bekasi mengalami perubahan sosial yang signifikan. Faktor seperti urbanisasi, industrialisasi, perkembangan teknologi, pertumbuhan ekonomi, akulturasi, perubahan lingkungan, dan kontak sosial berkontribusi pada perubahan ini. Di Desa Telaga Murni, pembangunan infrastruktur dan peningkatan kualitas hidup mencerminkan perubahan positif.
Fenomena pulang kampung saat Idul Fitri memberikan gambaran tentang budaya sosial masyarakat. Selain itu, Bekasi terkenal sebagai kota industri, khususnya daerah Cikarang yang mempunyai banyak pabrik dan proyek properti besar. Hal itu dapat meningkatkan tenaga-tenaga kerja yang profesional di wilayah tersebut.
Budaya lokal seperti Batik Tarawang dan Wayang Kulit Bekasi, serta keberadaan satwa endemik seperti lutung Jawa, menjadi bagian penting dari identitas dan kekayaan budaya Kabupaten Bekasi. Perubahan ini mencakup aspek ekonomi, sosial, dan budaya, menciptakan keseimbangan antara modernitas dan tradisi.
Itulah saja informasi yang bisa dibagikan pada kalian semuanya tentang adanya deskripsi dari Desa Telaga Murni Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten Bekasi. Semoga saja memberikan wawasan bagi kalian yang sedang membutuhkannya.
