Provinsi Lampung adalah provinsi yang terletak paling ujung di wilayah Sumatera, tepatnya pada bagian sebelah paling ujung tenggara pulau Sumatera. Dengan ibu kota di Bandar Lampung, provinsi lampung terdiri dari 15 (lima belas) Kabupaten/Kota dan 229 kecamatan.
Salah satu kecamatannya yaitu ada Kecamatan Trimurjo yang terdiri dari 14 (empat belas) desa/kelurahan dan saya sendiri berdomisili di desa Depokrejo. Depokrejo merupakan daerah yang sangat dekat dan berbatasan langsung dengan Kota Metro tepatnya berbatasan dengan Metro Barat, sehingga kehidupan masyarakat disini mulai tercampur dengan kehidupan masyarakat kota.
Masyarakat disini sudah terbilang melek terhadap teknololgi dan perkembangan zaman namun tidak meninggalkan tradisi yang ada dan tetap menjaganya.
Dari saya kecil hingga saat ini tradisi di desa saya masih sangat terjaga, desa saya masih menjaga dan melestarikan tradisi tersebut sejak jaman dulu. Seperti setiap masuk dan berakhirnya bulan Ramadhan yang selalu di sambut meriah oleh masyarakat dengan tradisi songsong ramadhan untuk menyambut awal ramadhan yang diadakan oleh Risma dan Karang Taruna.
Kegiatan songsong ramadhan ini berupa pawai keliling desa membawa obor dan melantunkan sholawat yang diikuti oleh anak-anak, remaja, pemuda, para orang tua santri bahkan dari pejabat desa ikut meramaikan acara ini. Titik kumpul acara ini yaitu di masjid, jadi para peserta songsong ramadhan dihimbau untuk sholat isya berjamaah di masjid sekaligus menyiapkan peralatan-peralatan yang akan dibawa ketika pawai dimulai.
Ketika pawai dimulai biasanya akan ada beberapa orang dari pengurus risma dan karang taruna yang membagikan kupon berhadiah menarik yang akan diundi ketika pawai selesai. Ketika pawai akan segera selesai para peserta pawai akan diarahkan kembali ke titik kumpul awal karena akan ada acara yang paling ditunggu yaitu pengumuman pemenang kupon undian.
Setelah selesai pengundian kupon dilanjut dengan kegiatan bersih-bersih area masjid agar tidak ada sampah yang berserakan.
Tradisi yang masih berlanjut dibulan ramadhan yaitu tradisi membangunkan orang sahur, dimana para pemuda disini akan berkumpul jam 3 pagi di masjid dan mengumumkan waktu sahur sudah tiba. Setelah itu mereka akan mengambil bedug dan sebuah drum besar dengan sebuah gerobak lalu mendorong gerobak tersebut berkeliling desa untuk membangunkan orang-orang agar tidak ketinggalan waktu sahur.
Tradisi ini masih terjaga hingga saat ini namun ada perubahan yang tadinya menggunakan gerobak untuk berkeliling kini mereka sudah menggunakan mobil pick up untuk membawa peralatan mereka saat membangunkan orang untuk sahur.
Tidak jarang mobil yang mereka naiki mengalami masalah seperti mogok karena habis bensin namun mereka tetap semangat dan masih melanjutkan kegiatan mereka selama satu bulan penuh. Masyarakat setempat juga tidak merasa terganggu dengan kebisingan yang diperbuat, malah merasa senang karena ada anak-anak muda yang masih mau berkumpul untuk melakukan kegiatan positive seperti ini.
Tidak sampai disitu kekompakan para pemuda disini masih berlanjut hingga akhir ramadhan yaitu ketika menyambut malam takbir dimana akan diadakan pawai dan pesta kembang api. Biasanya sepuluh hari menjelang malam takbir para pemuda akan berkeliling dari rumah-kerumah untuk menarik iuran seikhlasnya dari masyarakat setempat.
Masyarakat juga sudah tahu dan sudah terbiasa ketika mereka ditarik dana iuran karena kegiatan ini sudah berlangsung sejak dulu dan sudah menjadi tradisi bagi masyarakat disini bahkan merupakan suatu hal yang aneh apabila pawai dan pesta kembang api tidak ada.
Setelah dana terkumpul para pemuda mulai mencari bahan-bahan untuk keperluan pawai dan pesta kembang api. Keperluan untuk pawai dan pesta kembang api lebih banyak daripada pawai songsong ramadhan karena pada pawai ini memerlukan obor, meriam bambu, abid bambu, dan pastinya kembang api yang banyak.
Mereka dibagi menjadi beberapa kelompok untuk mencari dan menyiapkan barang-barang tersebut. Karena di desa saya masih banyak pohon bambu jadi kelompok yang menyiapkan obor, meriam, dan abid bambu pergi kesana untuk mencari bambu yang pas.
Lalu kelompok yang yang bertugas mencari kembang api pergi ke pasar untuk mencari kembang api yang dibutuhkan dan mencari karung goni untuk ujung abid serta untuk memadamkan api bila terjadi kebakaran kecil.
Setelah semua barang terkumpul mereka berkumpul kembali di kediaman salah seorang pemuda untuk merakit dan membuat meriam, obor, dan abid dari bambu.
Hingga akhirnya malam yang ditunggu tiba, para pemuda berbondong-bondong menyiapkan acara tersebut. Setelah sholat isya masyarakat sudah ramai dan berkumpul di halaman masjid bahkan banyak masyarakat dari luar desa ikut menyaksikan acara ini.
Ketika pawai dimulai jalan yang tadinya sepi kini dipenuhi para pemuda yang melakukan atraksi abid bambu, meriam bambu, hingga ada yang menyemburkan api. Berbeda dengan pawai songsong ramadhan pawai kali ini titik terakhirnya ada di lapangan yang sudah disiapkan untuk acara puncak yaitu pesta kembang api.
Sebelum pesta kembang api di mulai para pemuda diarahkan untuk membuat lingkaran dan setiap orang akan dibagikan satu kembang api untuk dinyalakan secara bersamaan. Kembang api dinyalakan langit malam yang tadinya gelap berubah menjadi terang dan indah karena ratusan kembang api dinyalakan.
Malam awal dan akhir ramadhan di desa ini sangatlah ditunggu dan dinantikan oleh banyak orang sehingga kita harus menjaga tradisi tersebut agar generasi selanjutnya bisa merasakan kesenangan yang kita rasakan juga.
Itulah saja informasi yang bisa dibagikan tentang adanya ulasan terkait dengan Tradisi Bulan Ramadhan di Lampung. Semoga saja memberikan wawasan bagi kalian semuanya yang sedang membutuhkan referensi atas materinya.