Desa ini berada di Lampung, tepatnya Lampung tengah dengan daerah yang bisa dibilang terpencil. Selain sebutan Moro Seneng terdapat tambahan hitungan jalan sesuai dengan urutannya, dan desa ini berada di jalan tiga lalu orang orang dapat menyebutnya dengan Desa Moro Seneng, Jalan Tiga.
Desa Moro Seneng memiliki beberapa kebiasaan masyarakat yang beragam macam. Dengan nama desa tersebut memiliki makna tersendiri, yaitu ‘moro seneng’ dalam bahasa jawa yang artinya, moro yaitu datang dan seneng artinya bahagia. Jadi maksud dari hal tersebut setiap orang yang berkunjung ke Desa Moro Seneng diharapkan mendapatkan kebahagiaan serta kenyamanan dalam desa tersebut.
Desa Moro Seneng
Banyak sekali tradisi yang ada di desa tersebut karena penduduk yang tinggal di sana bermacam suku etnis, agama, kepercayaan namun yang menjadi sangat menarik adalah bagaimana masyarakat Moro Seneng dapat menjalankan semua tradisi yang bermacam macam dengan seimbang, salah satunya yaitu tradisi “Bersih Desa”.
Tradisi ini berjalan dengan turun temurun dan sudah menjadi kebiasaan masyarakat Moro Seneng untuk merayakan dengan sangat antusias, tidak hanya kalangan orang tua namun anak-anak kecil dan pemuda ikut serta memeriahkan acara tersebut.
Tradisi Bersih Desa
Tradisi “Bersih Desa” dilakukan ketika bulan suro datang. Dalam kalender Jawa bulan suro dipercaya sebagai bulan dimana diperingati untuk membersihkan desa. Tradisi ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai ungkapan syukur atas rahmat dan hidayat kepada leluhur dengan hasil hasil panen dari sebagian besar petani di Desa Moro Seneng.
Selain itu, dalam acara ini terdapat pemberian sesajen kepada leluhur yang dipercayai masyarakat untuk membersihkan roh roh jahat atau hal hal buruk dan sial yang ada di desa. Dengan begitu sesajen yang diberikan leluhur diyakini sebagai penjaga dari hal hal yang negatif yang sudah dipercayai oleh masyarakat.
Tempat Kenduri Saat Bulan Suro
Saat beberapa hari sebelum dilaksanakan kenduri, setiap Rt berkeliling ke setiap rumah untuk meminta uang kas sebagai uang bersama yang nantinya akan dipakai untuk acara kenduri, masyarakat bersiap sebelum acara untuk mengumpulkan dana tersebut untuk membeli bahan bahan masakan yang akan dikerahkan disalah satu rumah warga yang dekat dengan perempatan atau biasanya di rumah Pak Rt tersebut.
Sebelum diadakan acara pementasan hiburan saat bulan suro adalah kegiatan ketika seluruh masyarakat Moro Seneng mengikuti rangkaian acara kenduri. Acara ini dilaksanakan di setiap perempatan yang ada di setiap Rt, jadi setiap perempatan yang sudah ditentukan dipasang tenda yang nantinya akan menjadi tempat kenduri.
Ibu ibu yang bertugas memasak untuk acara persembahan sesajen dan doa bersama dan para bapak bapak yang melaksanakan berdoa bersama di tenda perempatan setiap Rt. Acara ini berlangsung hingga malam sampai selesai, masyarakat ketika acara sudah selesai tidak langsung pulang ke rumah, terutama bapak bapaknya. Mereka bermain kartu sampai pagi ditemani makanan sisa kenduri dengan minum kopi ataupun teh.
Persembahan Wayang Kulit
Setelah acara kenduri berlalu dengan selang beberapa hari kemudian masyarakat bersiap dengan sangat antusias dengan diadakannya persembahan di bulan Suro. Wayang kulit adalah persembahan yang dinantikan masyarakat setempat, terutama dikalangan orang tua yang sangat paham akan pesan pesan yang disampaikan dalam wayang kulit tersebut.
Namun tidak jarang juga anak anak muda ikut memeriahkan acara dan sebagian dari mereka membantu untuk menyiapkan makanan dan minuman hangat untuk para warga yang menonton. Selain itu para warga yang mempunyai anak balita berbondong bondong untuk meminta batang pisang atau yang biasanya disebut ‘debok’ untuk dioleskan di bagian tertentu untuk anaknya, yang dipercayai sebagai simbol supaya hilang sawannya.
Debok sendiri didapat dari batang pisang di bagian luarnya yang sudah dikupas, dan batang ini yang nantinya sebagai sarana persembahan wayang berlangsung.
Pelaksanaan wayang kulit ini sampai semalam suntuk bahkan sampai pagi buta, masyarakat mempercayai bahwa persembahan wayang kulit tidak hanya sebagai hiburan semata melainkan mengandung makna yang sangat mendalam. Karena didalam pertunjukan tersebut mengandung cerita kebaikan maupun keburukan yang bertujuan untuk memberikan nasihat kepada masyarakat setempat.
Wayang Kulit Sebagai Acara Ngeruwat Desa Moro Seneng
Di Desa Moro Seneng acara persembahan wayang kulit saat malam suro dipercaya sebagai acara ruwat, yaitu acara yang diyakini oleh masyarakat sebagai menolak bencana atau biasa disebut sebagai tolak balak. Dalam ruwat sendiri diartikan sebagai penangkalan dari berbagai musibah seperti gagal panen dan agar terhindar dari bencana dan marabahaya masyarakat setempat.
Maka dari itu masyarakat melaksanakan pertunjukan wayang kulit ini secara turun temurun setiap tahunnya.
Kebersamaan dan Antusias Masyarakat Moro Seneng
Yang menjadi kunci tetap berjalannya acara tahunan ini adalah kebersamaan dan antusias masyarakat yang ada di Desa Moro Seneng, dan ternyata dengan adanya perbedaan itulah yang mendorong masyarakat untuk tetap menunjukan kebersamaan.
Walaupun acara Suro dan pertunjukan wayang sangat identik dengan budaya orang Jawa, namun masyarakat terutama peri bumi Lampung sangat sangat mengapresiasi hal tersebut dan mengikuti acara tersebut dengan sangat antusias, selain itu juga banyak masyarakat suku bali, sunda, dan lain lain ikut menyaksikan acara pementasan wayang kulit tersebut sampai dengan selesai.
Itulah saja deskripsi tentang adanya Desa Moro Seneng Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung. Semoga saja dapat memberikan wawasan bagi kalian semuanya yang sedang membutuhkannya.