Desa Blitarejo Kecamatan Gadingrejo

Diposting pada

Desa Blitarejo Kecamatan Gadingrejo

Provinsi Lampung merupakan sebuah provinsi yang memiliki letak sangat strategis, yaitu ujung tenggara pulau Sumatera. Dengan letak yang strategis tersebut provinsi ini pun menjadi gerbang utama lalu lintas antara Pulau sumatera dengan Pulau Jawa. Provinsi Lampung memiliki 18 kabupaten dan 2 kota.

Salah satu kabupaten dari provinsi ini adalah kabupaten Pringsewu. Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran dari kabupaten Tanggamus. Diberikan nama Pringsewu karena dulunya wilayah ini adalah hutan bambu yang dibuka sebagai pemukiman untuk para transmigran dari pulau Jawa, karena dalam Bahasa Jawa itu Pringsewu berarti sebagai seribu bambu.

Pada masa kini, Kabupaten Pringsewu telah berkembang menjadi sangat baik dari segi pembangunan, pendidikan maupun perekonomiannya. Saat ini kabupaten Pringsewu memiliki 126 pekon (desa) dan 5 kelurahan yang tersebar di 9 kecamatan yaitu kecamatan Pringsewu, Gadingrejo, Ambarawa, Pardasuka, Sukoharjo, Pagelaran, Adiluwih, Banyumas, dan satu kecamatan terbaru yaitu Pagelaran Utara.

Desa Blitarejo merupakan salah satu desa di kecamatan Gadingrejo. Desa ini terletak kurang lebih 8 kilometer dari pusat kabupaten Pringsewu.

Desa ini memiliki beberapa tradisi yang cukup menarik untuk kita ketahui bersama, mengapa demikian? karena desa ini masih sangat menjunjung tinggi nilai-nilai adat yang telah diturunkan oleh nenek moyangnya.

Desa Blitarejo

Sebelum menjadi pemukiman warga seperti sekarang, dahulunya desa Blitarejo ini merupakan hutan belantara. Desa ini mulai dihuni pada tahun 1933. Menurut cerita penduduk setempat, desa ini dibuka sebagai pemukiman oleh orang-orang dari desa Panjerejo yang saat ini merupakan tetangga desa Blitarejo.

Desa ini dihuni oleh beberapa masyarakat dengan beragam suku, ada orang pribumi yaitu suku Lampung, dan ada juga sebagian dari suku Jawa dan Banten.

Berdasarkan nama dari desa ini, beberapa orang pun sudah bisa menebak bahwa penduduknya banyak yang berasal dari pulau Jawa khsusunya Blitar, Jawa Timur. Sebagian lainnya dari Jawa Tengah dan Banten.

Setelah resmi menjadi sebuah desa, desa Blitarejo ini pertama kali dipimpin oleh kepala desa yang bernama Ratu Sabuai dari suku lampung. Setelah Ratu Sabuai wafat,Pada tahun 1942 digantikan oleh Karto Miharjo yang merupakan orang asli dari Blitar Jawa Timur.

Tradisi di Desa Blitarejo

Antara lain;

  • MUHARRAM (1 SURO)

Karena sebagian besar masyarakat yang tinggal didesa Blitarejo adalah masyarakat dengan suku Jawa, maka dengan itu malam 1 muharram atau malam 1 suro juga dianggap sebagai malam yang istimewa. Kata istimewa disini memiliki banyak artian, karena banyak yang mempercayai bahwa mala mini adalah malam yang keramat, malam yang sakral,namun beberapa juga beranggapan pada malam 1 suro ini banyak berkah dan malam dimana akan terkabulkannya doa-doa. 

Tradisi malam 1 suro didesa Blitarejo ini biasa dilaksanakan dengan acara doa bersama dipersimpangan jalan. Pada siang hari rombongan ibu-ibu akan menyiapkan masakan-masakan untuk dimakan bersama oleh warga setelah melaksanakan doa bersama.

Menu yang biasa disajikan yaitu berupa ayam sambel ijo, mie pedas, tempe goreng, sayur kluban (isinya sayuran hijau yang dicampur dengan ampas kelapa yang telah diberi bumbu-bumbu) dan tidak lupa ada kerupuk. Kemudian sore menjelang malam beberapa pemuda disisni mulai mempersiapkan tempat untuk melaksanakan doa bersama.

Biasanya doa bersama dimulai setelah isya, menunggu pak kyai yang akan memimpin doa pada acara tersebut. Setelah acara doa bersama selesai beberapa ada yang makan bersama ditempat, adapula yang membawa pulang makanannya untuk dimakan dirumah bersama keluarga.

Menurut warga setempat acara ini bertujuan untuk memohon keberkahan pada tahunbaru jawa serta tahun baru islam, agar warga desa senantiasa diberikan kesehatan, dan kelancaran dalam mencari rezeki untuk keberlangsungan hidup. Selain itu juga untuk meningkatkan silaturahmi antar warga, agar selalu menjadi desa yang harmonis.

  • ACARA BERSIH DESA (WAYANGAN)

Kegiatan bersih des aini biasanya dilaksanakan pada bulan muharram atau bulan suro, mengapa demikian? sama halnya seperti yang telah saya jelaskan diatas karena menganggap bulan ini adalah bulan yang istimewa.

Kegiatan ini diisi dengan acara doa bersama oleh para tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, serta beberapa masyarakat yang memiliki peran penting untuk desa ini. Kemudian dilanjutkan dengan acara pertujukan seni wayang kulit.

Acara ini merupakan sebuah acara turun temurun yang hingga saat ini masih terus dilaksanakan oleh masyarakat desa ini. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan pesan melalui hiburan wayang kulit.

Karena peertunjukan wayang kulit bukanlah sekedar pertunjukan, bagi masyarakat yang benar-benar memahami pertunjukan ini wayang kulit bukanlah sebuah hiburan semata.

Banyak pesan-pesan yang disampaikan melalui pertunjukan ini, seperti menjadi pemberi makna dalam kehidupan. Pertunjukan wayang kulit ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi masyarakat desa dalam bersikap dan melakukan sebuah Tindakan.

  • ACARA JANGGOLAN

Acara janggolan merupakan kegiatan pengumpulan hasil panen oleh warga yang ditentukan pada suatu tempat, biasanya dirumah kepala desa. Hasil dari pengumpulan hasil panen ini nantinya akan dibagikan kepada para pengurus desa sebagai tanda bhakti atau terimakasih.

Beberapa pengurus desa yang akan mendapatkan pembagian hasil panen ini antara lain adalah pengurus jenazah (kaum), pengurus makam (juru kunci), para guru ngaji atau ustadz, dan beberapa fakir miskin.

Acara ini biasa dilaksanakan setelah musim panen rendeng (musim hujan), karena pada masa panen ini biasanya petani mendapatkan hasil yang cukup banyak. Bagi masyarakat yang tidak panen atau tidak memiliki lahan, biasanya akan menggantikan hasil panen dengan uang yang bernilai setara dengan harga padi hasil panen pada saat itu.

  • ACARA MAULIDAN DAN RAJABAN

Acara peringatan maulid dan isra mi’raj Nabi Muhammad SAW selalu dilaksanakan didesa Blitarejo. Acara yang biasa dilakukan adalah pengajian akbar dengan penceramah kyai dari luar desa. Tujuan dari acara ini tentunya adalah untuk mengingat Kembali sejarah kehidupan Rasulullah SAW, menumbuhkan kembali rasa cinta kepada Nabiyullah Nabi Muhammad SAW. 

Harapan dari acara maulid dan isra mi’raj ini adalah setelah mengenal dan mencai rasul diharapkan masyarakat desa Blitrejo pun mampu meneladani akhlak dari Rasul. Kemudian juga agar kita bersemangat dalam menjalankan dan menyiarkan agama Allah, serta bersemangat dalam beribadah dalam menjalankan syariat agama islam.

  • ACARA SLAMETAN (KENDURI)

Slametan atau kendurenan adalah kegiatan berdoa bersama disalah satu rumah warga, biasanya orang-orang yang melakukan kegiatan kenduri ini diundang oleh salah satu warga untuk berdoa bersama dirumahnya.

Acara slametan ini biasanya dilaksanakan pada waktu ba’da ashar ataupun ba’da maghrib. Acara ini biasanya dilaksanakan ketika akan menikah, tujuannya yaitu agar acara berlangsung dengan lancer, dan Putera puteri yang dinikiahkan menjadi keluarga yang sakinnah, mawaddah, dan warahmah.

Biasanya juga dilaksanakan ketika ada kelahiran bayi, acara ini juga biasa disebut aqiqah apabila ada slametan untuk bayi, tujuannya adalah memohon doa kepada Allah agar bayi tersebut menjadi anak yang soleh, berguna bagi masyarakat khususnya bagi orang tuanya.

Selain itu acara slametan ini juga biasa dilakukan untuk acara acara lain seperti ketika orang akan baik haji atau umroh, ketika akan menghuni rumah baru, ketika mendapatkan hal-hal yang baik agar senantiasa lebih baik dari sebelumnya. Tujuan inti dari acara slametan adalah tidak jauh-jauh dari kata selamat, agar semuanya menjadi baik.

Itulah saja informasi yang bisa dibagikan pada kalian semuanya tentang adanya deskirpsi dari Desa Blitarejo Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung. Semoga saja memberikan wawasan bagi kalian yang membutuhkannya.

Diah Ainurrohmah Adalah Alumni Jurusan Geografi dan Saat Ini Sedang Proses Penyelesaian Program Pascasarjana Geografi di Kampus Negeri Jawa Tengah