Desa Sukoharjo III Barat Kecamatan Sukoharjo

Diposting pada

Desa Sukoharjo III Barat Kecamatan Sukoharjo

Lampung merupakan provinsi yang strategis karena menjadi pintu gerbang lintas dua kawasan ekonomi penting, yakni antara Sijori (Singapura, Johor, dan Riau), dan pusat pasar nasional (Jakarta), serta Jawa Barat bagian barat. Kultur dan kehidupan sosial masyarakat Lampung juga beragam. Daerah ini dikenal pula sebagai lumbung pangan nasional.

Sejarah Kabupaten Pringsewu diawali dengan berdirinya sebuah perkampungan (tiyuh) bernama Margakaya pada tahun 1738, yang dihuni masyarakat asli Lampung-Pubian yang berada di tepi aliran sungai Way Tebu (4 km dari pusat kota Pringsewu ke arah selatan saat ini). Kemudian pada tanggal 9 November 1925, berdiri Desa Pringsewu, yang sebelumnya  didahului dengan adanya sekelompok masyarakat dari Pulau Jawa serta sebagian dari para kolonis Desa Bagelen, Gedongtataan, melalui program kolonisasi oleh pemerintah Hindia Belanda, yang membuka areal pemukiman baru dengan membabat hutan bambu yang cukup lebat di sekitar tiyuh Margakaya tersebut.

Karena begitu banyaknya pohon bambu di hutan yang mereka buka tersebut, oleh masyarakat desa yang baru dibuka tersebut itulah kemudian dinamakan Pringsewu, yang berasal dari bahasa Jawa yang artinya “Bambu Seribu” atau bermakna wilayah yang banyak terdapat pohon bambu.

Sejarah Desa Sukoharjo III Barat

Desa Sukoharjo III adalah desa yang bukan desa transmigrasi umum, yang asal mulanya adalah suatu pembukaan tanah yang dilaksanakan oleh rombongan para pemuda dari Jawa yang disingkat MMPP (Menuju Memberantas Pengangguran Pemuda), yang dimulai pada 23 Agustus 1938 dengan jumlah 20 orang pemuda dan dibantu 100 kepala keluarga yang pada waktu itu namanya Magersari, sebagai kepala rombongan pertama adalah Bapak Pujo Djatmiko dan sebagai pimpinan dari para pemuda itu adalah Bapak Suharjo Wiryopranoto.

Nama Sukoharjo sendiri diambil dari nama pimpinan MMPP yaitu R. Suharjo dengan Kepala Desa yaitu Bapak Djatmiko.

Profesi atau Mata Pencaharian Masyarakat Desa Sukoharjo III Barat

Profesi atau mata pencaharian masyarakat di Desa Sukoharjo III Barat mayoritas adalah sebagai petani dikarenakan di desa ini masih banyak lahan seperti kebun ataupun sawah yang kemudian dimanfaatkan oleh warga sekitar sebagai lahan untuk bertani. Jenis tanaman yang ditanam juga beragam misalnya pohon kopi, pohon karet, padi, pepaya, jagung, sayur-sayuran, dan masih banyak lagi. Tidak hanya sebagai petani, namun masyarakatnya ada juga yang berprofesi sebagai guru, PNS, wiraswasta, pedagang, buruh, dan pegawai.

Tradisi-Tradisi yang Masih Berkembang di Desa Sukoharjo III Barat

  • Aqiqahan

Aqiqah merupakan salah satu tradisi yang dijalankan dan dilestarikan umat Islam hingga sekarang. Tradisi aqiqah masih berkembang di Desa Sukoharjo III Barat. Makna atau arti aqiqah bagi umat Islam yaitu ditandai dengan penyembelihan hewan kambing sebagai tanda rasa syukur atas lahirnya seorang bayi.

Satu ekor kambing untuk seorang bayi perempuan dan dua ekor kambing untuk bayi laki-laki yang kemudian dilanjutkan dengan pemberian nama kepada si bayi tersebut. Di dalam tradisi ini terdapat sebuah tradisi memasak dan hasil dari masakan tersebut dibagikan kepada tetangga terdekat maupun kerabat terdekat.

  • Suroan

Istilah suro berasal dari ‘asyura’ (bahasa Arab) yang berarti kesepuluh (tanggal 10 bulan suro). Istilah itu kemudian dijadikan sebagai bulan permulaan hitungan dalam takwim Jawa. Sementara itu dalam Islam, istilah suro adalah bulan muharam.

Muharam adalah bulan yang telah lama dikenal sejak pra-Islam. Biasanya pada malam satu suro masyarakat Desa Sukoharjo III Barat menggelar doa bersama di lapangan Sukoharjo terkhusus bagi umat beragama Islam yang bertujuan untuk mendapatkan berkah dan menangkal datangnya marabahaya.

  • Kenduri

Kenduri atau sering juga disebut sebagai slametan, merupakan sebuah upacara adat yang umum diadakan masyarakat Jawa, namun di desa Sukoharjo mayoritas semua warganya melaksanakan tradisi ini walaupun bukan berasal dari suku Jawa.

Kenduri biasanya dilakukan untuk merayakan berbagai macam acara seperti kelahiran bayi, pernikahan, upacara kematian, dan juga acara keagamaan. Dalam kenduri biasanya masyarakat diundang ke tempat seseorang yang memiliki hajat dan berkumpul yang kemudian disediakan makanan dan minuman oleh si tuan rumah.

  • Tahlilan

Masyarakat di Desa Sukoharjo III Barat masih memegang teguh tradisi tahlilan sejak dahulu. Tahlilan sendiri merupakan ritual/upacara selametan yang dilakukan untuk memperingati dan mendoakan orang yang telah meninggal yang biasanya dilakukan pada hari pertama kematian hingga hari ketujuh, dan selanjutnya dilakukan pada hari ke-40, ke-100, kesatu tahun pertama, kedua, letiga, dan seterusnya. Adapula yang meakukan tahlilan pada hari ke-1000.

  • Ngijing

Ngijing merupakan bentuk kata kerja dari kijing yang artinya nisan, dengan demikian arti ngijing adalah meletakkan nisan di atas makam. Pengkijingan makam merupakan salah satu kebudayaan masyarakat yang cukup berpengaruh di Indonesia.

Seperti waktu itu, mbah saya mengadakan pengikijingan untuk mbah buyut saya, di mana saat itu di rumah mbah juga mengadakan acara masak-masak untuk slametan atas dilakukannya pengijingan makam mbah uyut.

  • Sambatan

Sambatan merupakan suatu kegiatan tolong-menolong yang merupakan refleksi dari manusia sebagai makhluk sosial. Kegiatan ini berasal dari tradisi Jawa yang muncul di daerah transmigrasi. Nilai-nilai dalam sambatan sangat identik dengan ciri khas masyarakat pedesaan.

Sambatan sering dilaksanakan ketika ada warga yang akan membangun rumah. Kegiatan ini biasanya dikerjakan pada proses pendirian tiang penyangga genteng rumah atau biasa disebut dengan kuda-kuda. Sambatan biasanya diikuti oleh seluruh warga yang berada dalam suatu area atau lingkungan tertentu.

Biasanya orang yang diminta ikut sambatan adalah orang-orang yang masih dalam satu RT atau mungkin satu dusun.

Pertunjukan Seni yang Sering Ditampilkan

  • Pertunjukan Kuda Kepang atau Jaranan

Jaran Kepang, Jaranan atau Kuda Lumping adalah kesenian rakyat atau tarian penunggang kuda (jaran) dengan kuda mainan yang terbuat dari bilahan anyaman bambu yang dirangkai sedemikian rupa lantas dijepit di antara dua kaki penarinya.

Saat ini, kuda lumping dering ditampilkan di berbagai acara, seperti menyambut tamu kehormatan, pernikahan, festival budaya, dan acara syukuran. Di Sukoharjo sendiri jaranan seringkali digelar sebagai sarana hiburan. Jika ada tontonan seperti itu maka orang-orang berbondong-bondong datang untuk sekadar menyaksikan ataupun berburu jajanan.

  • Pertujukan Wayang Kulit

Wayang kulit adalah kesenian tradisional yang lahir, hidup, tumbuh, dan berkembang dalam masyarakat Jawa. Wayang kulit sendiri terkadang ditampilkan di Desa Sukoharjo yang berlangsung semalaman suntuk.

Pertunjukan ini digelar sebagai sarana hiburan dan biasanya yang menonton berasal dari kalangan orang tua karena anak-anak muda zaman sekarang banyak yang kurang tertarik dengan pertunjukan jadul satu ini.

Itulah saja informasi yang bisa dibagikan pada kalian semuanya tentang adanya Desa Sukoharjo III Barat Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung. Semoga saja memberikan wawasan bagi kalian yang membutuhkannya.

Diah Ainurrohmah Adalah Alumni Jurusan Geografi dan Saat Ini Sedang Proses Penyelesaian Program Pascasarjana Geografi di Kampus Negeri Jawa Tengah