Pekon Sukuk Kecamatan Kelubayan

Diposting pada

Pekon Sukuk Kecamatan Kelubayan

Sumatera Selatan mempunyai tradisi dan budaya yang berbeda-beda. Salah satunya adalah “Ningkuk”, atau  tradisi memainkan selendang mengikuti irama musik, yang dilakukan oleh anak laki-laki dan perempuan di daerah Ogan Komering Ulu (OKU) dan Musi Banyuasin.

Tradisi ningkuk masyarakat Komering pernah populer di kalangan anak muda  remaja putri pada tahun 1970an mulai kehilangan eksistensinya pada masa itu dan dimulai  di dorong hingga punah oleh budaya modern, namun masih dapat ditemukan  Di kalangan Komering, tapi tidak seperti di zaman dahulu   penuh dengan tujuan dan nilai budaya.

Saat ini tradisi Ningkuk  hanya dapat ditemui di kalangan masyarakat Di negeri Komering, tradisi Ningkuk sudah tidak begitu turun-temurun lagi Dari nenek moyang terdahulu, peneliti dapat menyimpulkan filosofi  tradisi ini bagaimana menjadi  suku dengan kearifan lokal   tentu akan menciptakan masyarakat sipil yang jauh dari akar budayanya  asli dan tradisi ini dapat menciptakan keharmonisan antar masyarakat  yang akan datang

Desa Pekon Sukuk

Banyak masyarakat adat di beberapa daerah yang masih menggunakan tradisi atau kepercayaan nenek moyang mereka yang masih dilestarikan dan dikembangkan hingga saat ini. Dengan adanya syarat perkawinan seperti ini, masyarakat Lampung mengenal adanya acara lempar selendang yang merupakan tradisi acara anak perempuan lajang (muli mekhanai).

Desa Pekon Susuk Kecamatan Kelumbayan Kabupaten Tanggamus juga melaksanakan tradisi lempar selendang yang dimaksudkan sebagai acara remaja atau muli.mekhanai, dimana pada saat pelemparan selendang, muli mekhanai berada di ‘satu tempat diikuti musik, dan selendang terus diputar hingga akhirnya musik berhenti.

Tradisi ini masih berlangsung karena merupakan cara muli mekhanai untuk saling mengenal, bahkan ada juga pihak yang memanfaatkan tradisi ini untuk memainkan permainan muli mekhanai.

Biasanya dibawakan oleh muli mekhanai Pekon Susuk kecamatan Kelumbayan kabupaten Tanggamus yang dibawakan oleh ba’da Isha biasanya diawali dengan pembacaan lagu anak diiringi irama musik, kemudian ada acara pelemparan selendang. dilanjutkan dengan muli mekhanai dan biasanya berlangsung pada pagi hari atau bahkan sebelum fajar.

Sejarah Ningkuk

Kebudayaan Ningkuk berasal dari kebudayaan suku Komering, kebudayaan ini itu adalah penyatuan pria dan wanita (mouli, meranai) untuk satu sama lain Informasinya dilakukan satu atau dua hari sebelum upacara pernikahan.berlangsung di rumah calon mempelai wanita. Waktu Ini bukan hanya tentang pernikahan.

Tradisi ini memang ada, tapi mungkin saja terjadi pada saat upacara khitanan dan ulang tahun tetapi untuk acara khitanan dan Orang-orang di kelas sedang merayakan ulang tahun Yang jelas tradisi ini berasal dari nenek moyang suku Komering dan sudah diwariskan sejak lama dari generasi ke generasi hingga saat ini.

Dan di provinsi Sumatera Selatan seluruh kota Komering. Tata cara dan adat istiadat sebelum acara ini Kepala desa atau tokoh adat dan tokoh agama menyampaikan pidato, biasanya kepala desa memberikan sambutan.pesan kepada remaja putra dan putri untuk tetap melajang Jaga ketertiban dan hindari argumen atau perselisihan apa pun pertarungan antar generasi muda.

Pelaksanaan Acara Ningkuk

Cangkir beras atau selendang telah disediakan untuk diedarkan dengan diiringi musik. Selama musik diputar maka selendang juga terus beredar sampai suatu saat musik akan dihentikan oleh moderator. Saat musik berhenti berputar, selendang pun juga harus berhenti beredar.

Siapa saja saat itu memegang selendang pada saat musik berhenti, kepadanya akan di berikan “hukuman” seperti menari berpasangan, merayu lawan jenis, berpantun, dan lain sebagainya. Pelaksanaan ningkuk’an biasanya dilakukan pada malam hari setelah acara ijab qabul.

Waktu pelaksanaan tradisi ningkuk’an ini biasanya dilakukan pada saat malam resepsi pernikahan. Alasan ningkuk’an dilaksanaakan pada malam resepsi pernikahan yaitu untuk menghibur keluarga dan mempelai pengantin serta  sekaligus perpisahan  terhadap teman-temannya karena akan berumah tangga. Pelaksaan ningkuk’an dimulai dari pukul 20:30 sampai pukul 24:00.

Faktor Pendukung dan Penghambat Tradisi Ningkuk 

Faktor-faktor yang mendukung tradisi Ningkuk adalah Seorang remaja putri asal Komering, kehadiran keluarga calon mempelai pria,Pemerintah desa, masyarakat adat, dan tokoh agama (dalam kasus saat ini) Kita didukung oleh teknologi karena kita punya sepeda motor dan telepon genggam.

Menghubung. Hambatan  dalam Tradisi Ningkuk Pada Pada zaman dahulu, hal ini terjadi ketika  anak perempuan dijemput dari rumah ke rumah Lampu atau senter yang kuat harus digunakan. Saat minyak lampu habis saat ada acara Petromac digunakan untuk penerangan tempat pelaksanaan tradisi  Dan teknologi  belum secanggih sekarang. di era ini Konflik terjadi karena jumlah generasi muda tidak mencukupi.

Meski lajang, namun hal itu tidak sering terjadi dan hilang Kebangkitan tradisi. Dalam tradisi ini, yang bertanggung jawab adalah pejabat Seperti kepala desa, Kepala Dusun. tokoh informal seperti ulama Pemimpin adat, kepala suku Mouri Melanai setempat dan terakhir Sohibul Hajat memberikan amanah kepada Mouli-Melanai.

Undang pemuda setempat. sehingga Anda dapat melakukan penyesuaian yang baik Penanggung jawab berencana mengadakan acara adat. Berjalan dengan rapi, aman dan lancar.

Itulah saja deskripsi dan penjelasan tentang adanya Desa Pekon Sukuk Kecamatan Kelubayan Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung. Semoga saja memberikan wawasan bagi kalian semuanya yang membutuhkannya.

Diah Ainurrohmah Adalah Alumni Jurusan Geografi dan Saat Ini Sedang Proses Penyelesaian Program Pascasarjana Geografi di Kampus Negeri Jawa Tengah