Banten adalah sebuah provinsi di Pulau Jawa, Indonesia. Ibu kota provinsi ini adalah Kota Serang. Banten merupakan provinsi yang paling Barat di Pulau Jawa. Provinsi Banten ini sebelumnya pernah menjadi bagian dari Jawa Barat, tetapi Banten menjadi wilayah pemekaran sejak tahun 2000.
Suku asli provinsi ini adalah suku Sunda Banten yang berada di Kabupaten Serang bagian Selatan, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, dan Kabupaten Tangerang. Di provinsi ini terdapat suku Badui di wilayah Gunung Kendeng dan Leuwidamar di Kabupaten Lebak.
Kabupaten Tangerang
Kabupaten Tangerang terletak di Provinsi Banten. Kecamatan Tigaraksa merupakan ibu kota dari kabupaten ini, Kabupaten Tangerang ini memiliki 29 kecamatan, 28 kelurahan, dan 246 desa. Luas kabupaten ini sebesar 959,6 km.
Bahasa Daerah
Umumnya, bagi masyarakat Kabupaten Tangerang asli menggunakan bahasa Sunda Banten, bahasa Sunda Banten ini sedikit berbeda dengan bahasa Sunda di daerah lain. Namun, kini di Kabupaten Tangerang sudah banyak bahasa yang dipakai karena kabupaten ini sudah menjadi wilayah multikultural.
Selain bahasa Sunda, penduduk kabupaten ini juga banyak yang memakai bahasa Betawi, ada juga yang menggunakan bahasa Jawa dialek Indramayu atau Cirebon.
Makanan
Kabupaten Tangerang memiliki beberapa makanan khas seperti kue doko, rangining, dan petis gori. Kue doko merupakan makanan sejenis dodol yang bahan dasarnya singkong yang diparut, kemudian dicampur dengan parutan kelapa dan gula merah yang dibungkus dengan daun pisang. Ada juga rangining, camilan ini berbahan dasar ubi ungu yang dihaluskan, ditambah tepung tapioka dan tepung terigu.
Setelah kalis, diparut memanjang dan dicetak bulat menyerupai ranginang, direbus, dan dikeringkan kemudian digoreng.
Bentuknya yang mirip dengan ranginang membuat keduanya terlihat sama, tetapi keduanya memiliki perbedaan di bahan dasar. Kalau ranginang terbuat dari ketan, sedangkan rangining terbuat dari ubi. Kemudian ada petis gori, buah nangka yang masih kecil, dicocol dengan garam dan cabai yang sudah ditumbuk.
Tradisi Ngabesan
Setiap daerah pasti memiliki tradisi pernikahannya masing-masing. Meskipun bentuk dan cara penyampaiannya yang berbeda, namun tujuan dari tradisi itu sama yaitu sebagai pelengkap dan penyempurna prosesi pernikahan.
Ngabesan merupakan tradisi Sunda dimana pihak keluarga mempelai pria mendatangi kediaman pihak keluarga mempelai wanita.
Pihak keluarga mempelai pria biasanya membawa barang-barang kebutuhan rumah tangga seperti pakaian, perlengkapan dapur, perlengkapan kamar mandi, perlengkapan kamar bahkan sampai perlengkapan dandan mempelai wanita. Sebagai perlambang strata sosial dalam masyarakat atau biasanya disebut dengan seserahan.
Namun, tradisi ngabesan ini perlahan memudar akibat perkembangan zaman dan dampak dari globalisasi dan westernisasi. Banyak juga masyarakat yang mulai meninggalkan tradisi ini karena dianggap terlalu mengada-ada, kasian kepada masyarakat yang memiliki ekonomi paspasan yang hanya mampu untuk akad saja.
Banyak baik dan buruknya melakukan tradisi ini, masyarakat yang tetap melakukan sebagai bentuk mempertahankan tradisi ini tentu hal ini baik, sebagai upaya untuk menghidupkan dan melestarikan tradisi yang sudah dianggap atau sudah lama di suatu masyarakat atau suatu daerah.
Tetapi ada masyarakat yang mengeluhkan tentang tradisi ngabesan ini, tradisi ini dianggap terlalu memberatkan bagi pihak yang hendak melangsungkan pernikahan.
Adapun hal-hal yang dianggap kurang baik dari ngabesan adalah menganggap tradisi ini sebagai pandangan terhadap pihak yang melakukannya dan itu membuat perspektif masyarakat yang kurang baik terhadap harga diri pihak yang ingin melangsungkan acara ngabesan. Tak hanya itu, umumnya masyarakat beranggapan jika melangsungkan pernikahan tanpa tradisi ngabesan terasa hambar bahkan terkadang ada rasa malu.
Tradisi ini banyak menimbulkan pertimbangan, karena ngabesan adalah hal yang cukup memakan biaya besar. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah pembawaan seserahan yang di dalamnya terdapat berbagai macam barang, semua barang tersebut harus berkualitas tinggi.
Jika tidak, maka masyarakat akan menganggap pihak mempelai pria kurang menghargai mempelai wanita. Selain itu, hal yang membuat masyarakat mengeluhkan ngabesan merupakan hal yang berat adalah memfasilitasi transportasi dan biaya lainnya untuk seluruh keluarga bahkan sampai seluruh warga kampung yang mengikuti tradisi ngabesan tersebut.
Seiring berkembangnya zaman, ngabesan semakin dianggap memberatkan pihak mempelai pria, karena seluruh rombongan besan akan diberi seragam yang digunakan untuk acara ngabesan secara cuma-cuma kepada semua pihak yang akan ikut dalam acara ngabesan ini.
Faktanya bagi beberapa orang tradisi ngabesan ini adalah tradisi yang kurang baik karena dapat memberatkan pihak mempelai pria karena dianggap terlalu mengedepankan ego. Maka dari itu, banyak masyarakat yang memilih untuk tidak menggelar acara ngabesan ini dan melakukan acara dengan sederhana.
Tetapi untuk orang yang tidak merasa keberatan dengan tradisi ini, akan sangat tertarik untuk menggelar tradisi ini. Terlepas dari baik atau buruknya tradisi ini, ngabesan tetaplah tradisi yang harus dilestarikan agar tidak tertinggal atau menghilang seiring berkembangnya zaman.
Kita tetap harus menghidupkan dan mempertahankan tradisi yang sudah ada sejak lama. Tradisi ngabesan tetap akan menjadi tradisi di Kabupaten Tangerang yang tidak akan menghilang ditelan zaman.
Itulah saja deskripsi singkat tentang adanya Desa Wanakerta Kecamatan Sindang Jaya Kabupaten Tanggerang Provinsi Banten. Semoga saja memberikan wawasan bagi kalian yang sedang membutuhkannya.