Pada zaman dahulu kala terdapatnya permukaan bumi hanya ditempati 1 jenis benua. Benua tersebut disebut sebagai Pangea. Lalu dikarenakan gerakan lempeng tektonik yang bergerakan sejauh 16 mm per tahun, maka dalam jangka waktu tertentu Pangea terbelah menjadi 2, yaitu Laurasia dan Gondwana. Setelah kurun waktu sekitar 260 juta tahun, pergerakan daratan terbut akhirnya terbagi menjadi 5 benua yang kita kenal selama ini.
Pergerakan tersebut dibuktikan dengan kesamaan fosil yang ditemukan di daratan Amerika Selatan dan daratan Afrika. Oleh karena itu pada artikel kali ini kita akan membahas mengenai jenis gerak lempeng tektonik yang disebut gerak epirogenesa. Pergerakan lempeng tektonik epirogenesa akan dibahas pada penjelasan sebagai berikut;
Gerak Epirogenesa
Pada dasarnya gerakan lempeng tektonik epirogenesa sangat turut andil dalam proses terjadinya pengertian pegunungan, terjadinya kegiatan vulkanisme, dan masih banyak lagi. Lapisan yang dihasilkan gerak epirogenesa menjadi terkikis oleh waktu.
Hasil yang terjadi pada fenomena gerak lempeng tektonik epirogenesa ini akan menyebabkan tekanan pada setiap jenis batuan. Apabila pergerakan epirogenesa melewati lapisan bumi yang keras maka fenomena ini akan menyebabkan sebuah patahan. Patahan terjadi karena lapisan permukaan bumi yang keras dilewati gerak epirogenesa sehingga struktur batuan akan terpisah sehingga patahan akan terjadi.
Pengertian Epirogenesa
Epirogenesa adalah pergerakan lempeng kulit bumi yang bergerak dengan kecepatan lambat yang dapat diukur dari wilayah yang luas menuju ke wilayah yang tidak luas. Arah gerakan epirogenesa biasanya bergerak ke arah vertikal dan horizontal.
Pergerakan lempeng tektonik epirogenesa menyebabkan terjadinya pengangkatan dan penurunan yang terjadi di permukaan bumi. pergerakan lempeng tektonik epirogenesa terjadi dengan sangat lambat dan dalam kurun waktu yang sangat amat lama.
Pengertian Epirogenesa Menurut Para Ahli
Adapaun definisi epirogenesa antara lain sebagai berikut;
- Encyclopedia Britannica, Definisi epeirogenesa adalah gelombang regional yang luas dari bagian kraton (bagian dalam yang stabil) dari benua. Berbeda dengan orogenesa, epeirogenesa terjadi pada area nonlinear yang luas, relatif lambat, dan hanya menghasilkan deformasi ringan.
Macam Gerak Epirogenesa
Gerak lempeng tektonik epirogenesa terbagi atas 2 macam, diantaranya adalah sebagai berikut;
- Gerak epirogenetik positif adalah pergerakan pemukaan bumi yang turun sehingga terlihat seakan-akan lapisan permukaan laut menjadi naik
- Gerak pirogenetik negatif akan terjadi dikarenakan permukaan daratan yang bergerak naik sehingga terlihat prmukaan lautan yang seakan-akan terjadi penurunan.
Ciri Gerak Epirogenesa
Pada dasarnya, Pergerakan lempeng tektonik epirogenesa dapat ditinjau dari berbagai karakteristik yang terjadi di dalamnya, antara lain;
Garis pantai menjadi salah satu ciri munculnya gerak epirogenesa yang mana Apabila garis pantai seakan–akan terlihat semakin naik atau semakin turun, disitulah gerakan lempeng tektonik epirogenesa terjadi. Pergerakan lempeng tektonik epirogenesa diatas merupakan gerakan epirogenesa yang terjadi di pulau jawa. Berbeda lagi dengan gerakan lempeng tektonik epirogenesa yang terdapat di pulau sumatera.
Di pulau sumatera terdapat jajaran perbukitan yang disebut dengan bukit barisan. Panjangnya bukit barisan yang ada di perbukitan muncul karena efek lipatan yang disebabkan oleh pergerakan untuk salah satu jenis lempeng tektonik epirogenesa. Gerak epirogenesa tersebut memberikan dampak pada kenampakan permukaan pula sumatera menjadi berbukit-bukit.
Selain terjadi karena pergerakan lempeng tektonik epirogenesa, patahan terjadi karena akibat tenaga endogen yang berasal dari perut bumi. tenaga endogen yang bergerak dalam jangka waktu yang bersamaan secara vertikal dan horizontal menyebabkan lapisan kulit bumi patah kebawah maupun ke atas.
Dampak Epirogenes
Dampak yang muncul akibat dari gerak epirogenesa, antara lain;
Patahan juga terjadi dikarenakan pengurangan isi lapisan yang ada perut bumi karena proses vulaknisme gunungapi. Lapisan kulit bumi yang patah disebut sebagai patahan. Lapisan kulit bumi yang mengalami pergeseran disebut sesar. Patahan terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu
-
Patahan Graben atau Patahan Slenk
Patahan Graben atau patahan slenk terjadi akibat bagian kulit bumi yang mengalami sebuah jenis patahan memiliki tingkat ketinggian yang lebih rendah dibandingkan daerah sekitarnya. Akhirnya yang terjadi adalah daerah tersebut mengalami penurunan permukaan.
Patahan graben atau patahan slenk dapat kita jumpai di pegunungan ural yang berada di negara Rusia dan patahan San Andreas yang berada di California Amerika Serikat.
-
Patahan Horst atau Patahan Sembul
Patahan horst atau patahan sembul terjadi akibat bagian kulit bumi yang mengalami sebuah patahan yang terangkat karena bagian patahan memiliki tingkat ketinggian yang lebih tinggi dari pada daerah sekitarnya. Akibatnya yang terjadi adalah bagian tersebut mengalami kenaikan permukaan. Patahan Sembul dapat kita jumpai di perbukitan kendeng Jawa Tengah dan di bukit barisan Pulau Sumatera.
-
Patahan Normal
Patahan normal terjadi akibat bagian kulit bumi yang mengalami sebuah patahan akibat kedua bagiannya sama – sama patah. Sehingga yang terjadi adalah salah satu bagian terjadi pengangkatan dan salah satu bagian mengalami sebuah penurunan. Patahan normal dapat kita jumpai di daratan tinggi Dieng Jawa Tengah.
-
Patahan Rebah
Patahan rebah terjadi akibat kulit bumi yang mengalami sebuah patahan karena patahan yang sudah terjadi dilewati oleh gerak epirogenesa lagi. Sehingga susunan batuan yang terdapat pada kulit bumi menjadi terbalik satu sama lain. Patahan rebah dapat kita jumpai di pegunungan Alphanichi, Kanada.
Pergerakan lempeng tektonik epirogenesa juga menyebabkan lipatan. Lipatan disebabkan karena pergerakan lempeng tektonik epirogenesa secara horizontal.
Lipatan berbading terbalik dengan patahan. Jika yang terjadi di patahan pergerakan lempeng tektonik epirogenesa melewati lapisan kulit bumi yang tebal, sedangkan lipatan terjadi karena pergerakan lempeng tektonik epirogenesa melewati lapisan kulit bumi yang tipis.
Lipatan terjadi karena gerak epirogenesa yang berasal dari tenaga endogen bergerak secara horizontal. Pergerakan horizontal ini menyebabkan pergerakan secara terangkat lalu lalu akan terus mengangkat bhingga menghasilkan pergerakan bidang miring.
Pergerakan lipatan yang disebut antiklinal akan menghasilkan terbentuknya perbukitan, sedangkan pergerakan lipatan yang disebut sinklinal akan membentuk lembah. Uniknya, pergerakan lipatan tidak dapat terjadi di dasar laut.
Lipatan terbagi atas beberapa jenis yaitu;
-
Lipatan Normal
Lipatan normal adalah suatu lipatan yang terjadi dikarenakan tekanan yang berasal dari dua tenaga endogen yang memiliki tingkat kekuatan tekanan yang sama besar. Tekanan yang dihasilkan 2 tenaga endogen tersebut saling berhadapan satu sama lain.
Lipatan normal berbentuk 2 lapisan lereng yang seimbang. Lipatan normal dapat kita jumpai pada lembah-lembah yang terdapat di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Barat.
-
Lipatan Asimetris
Lipatan asimetris merupakan suatu lipatan yang terjadi dikarenakan tekanan yang berasal dari tenaga endogen yang satu lebih kuat dari tekanan yang diberikan tenaga endogen pada sisi yang lain. Lipatan asimetris memiliki bentuk lereng yang sangat curam.
Lipatan Asimetris dapat kita temukan di lembah yang berada di Pulau Sumatera bagian Utara, Kalimantan bagian Barat dan Timur, Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur.
-
Lipatan Tumpang Tindih
Lipatan tumpang tindih merupakan suatu lipatan yang terjadi dikarenakan tekanan yang terjadi di lapisan kulit bumi terdapat beberapa tekanan namun ada satu bagian tekanan yang tenaganya paling besar daripada tingkat kekuatan tekanan yang lainnya.
Dampak dari tekanan ini adalah bentuk batuan pada lereng yang berbentuk pararel. Lipatan tumpang tindih dapat kita jumpai di lembah yang berada di Pulau Papua.
Kenampakan pada permukaan struktur bumi yang sebelum terjdinya pergerakan lempeng tektonik epirogenesa mungkin akan terlihat datar–datar saja. Namun setelah mendapatkan tekanan vertikal dari gerak epirogenesa maka yang terjadi adalah permukaan bumi membentuk struktur yang melengkung menyerupai bentuk kubah yang disebut basin.
Cekungan basin banyak di jumpai di daratan yang mengandung tingkat sedimentasi tinggi seperti Pulau Sumatera bagian Utara, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan bagian Timur, Kepulauan Bali dan Nusa Tenggara, serta Pulau Sulawesi bagian Utara.
Kenampakan pada permukaan bumi yang sebelum terjadinya pergerakan lempeng tektonik epirogenesa mungkin terlihat halus. Namun setalah mendapatkan tekanan maka permukaan bumi terjadi retak pada struktur kenampakannya. Daratan retakan banyak kita jumpai di Pulau Sumatera bagian utara, Jawa bagian selatan, Bali, dan Nusa Tenggara.
Contoh Gerak Epirogenesa
Gerak epirogenesa apabila diberikan contoh nyata pada kehidupan sehari-hari kita dapat memperhatikannya secara seksama di pegunungan kendeng, jara tengah. Di wilayah pegunungan tersebut terdapat jajaran bukit yang apabila diperhatikan perbukitan tersebut terbentuk melalui proses patahan gerak lempeng tektonik epirogenesa.
Nah, penjelasan diatas merupakan artikel mengenai pengertian gerak epirogenesa menurut para ahli, macam, ciri, dampak, dan contohnya. Semoga tulisan ini member manfaat bagi para pembaca khususnya pelajar yang sedang mempelajari tentang geografi.