Konsep lempeng tektonik sejatinya dirumuskan pada 1960-an. Menurut teori ini, struktur bumi memiliki lapisan luar yang kaku, yang dikenal sebagai litosfer, yang tebalnya sekitar 100 km (60 mil) dan terdapat lapisan yang plastis yang disebut astenosfer.
Litosfer sendiri dipecah menjadi tujuh lempeng benua dan samundra yang berukuran besar, enam atau tujuh pelat regional berukuran sedang, dan beberapa yang kecil. Lempeng ini sendiri bergerak relatif satu sama lain, biasanya dengan kecepatan 5 hingga 10 cm (2 hingga 4 inci) per tahun, dan berinteraksi di sepanjang batasnya. Interaksi tersebut menyebabkan sebagian besar aktivitas seismik dan vulkanik di planet bumi.
Lempeng Tektonik
Teori lempeng tektonik bermula pada tahun 1912 ketika Alfred Wegener mengajukan hipotesis teorinya tentang “pergeseran benua (continental drift)”. Yang kemudian dikembangkan lagi dalam bukunya The Origin of Continents and Oceans yang diterbitkan pada tahun 1915.
Wegener mengemukakan bahwa benua-benua yang sekarang ada dulu adalah satu kesatuan yang bergerak menjauh sehingga melepaskan benua-benua tersebut dari inti bumi seperti ‘bongkahan es’. Bongkahan yang disusun oleh granit yang bermassa jenis rendah yang mengambang di atas bongkahan yang disusun oleh basalt yang lebih padat. Akan tetapi Gagasan Wegener sangat kontroversial karena dia tidak memiliki penjelasan mengapa teori apungan benua bergerak, hanya ada bukti pengamatan yang mereka miliki, sehingga teori inipun terpinggirkan.
Selanjutnya seorang geolog Inggris, Arthur Holmes tahun 1920 membuktian teori tersebut bahwa tautan bagian-bagian kerak ini kemungkinan ada di bawah laut. Teori tersebut menunjukkan adanya arus konveksi di dalam mantel bumi adalah kekuatan penggeraknya.
Bukti pertama yang menunjukkan lempeng-lempeng itu mengalami pergerakan adalah ditemukannya perbedaan arah medan magnet dalam batuan-batuan yang memiliki perbedaan usia. Pernyataan teori ini dikemukakan pertama kali dalam sebuah simposium di Tasmania tahun 1956.
Pada mulanya penemuan ini dimasukkan ke dalam teori ekspansi bumi. Tapi selanjutnya mengarah pada pengembangan teori tektonik lempeng yang menjelaskan pemekaran (spreading) sebagai konsekuensi pergerakan vertikal (upwelling) batuan. Namun menghindarkan suatu keharusan bahwa bumi yang ukurannya terus membesar atau berekspansi (expanding earth) dengan memasukkan zona subduksi/hunjaman (subduction zone), dan sesar translasi (translation fault).
Pada saat itulah, teori tektonik lempeng mengalami perubahan dari teori yang radikal menjadi teori yang umum dipakai dan kemudian diterima secara luas di kalangan ilmuwan. Penelitian selanjutnya adalah tentang hubungan antara seafloor spreading dan balikan medan magnet bumi (geomagnetic reversal) oleh geolog Harry Hammond Hess dan oseanograf Ron G. Mason menunjukkan mekanisme untuk menjelaskan pergerakan batuan secara vertikal yang baru.
Seiring diterimanya anomali magnetik bumi yang ditunjukkan dengan lajur-lajur sejajar yang simetris dengan magnetisasi yang sama di dasar laut pada kedua sisi mid-oceanic ridge, teori tektonik lempeng juga dapat diterima secara luas.
Pengertian Lempeng Tektonik
Lempeng tektonik adalah teori yang menunjukan bahwasanya lapisan kaku luar bumi (litosfer) terbagi menjadi lempeng yang bergerak di sepanjang permukaan bumi relatif satu sama lain, seperti lempengan es di danau. Sehingga teori lempeng tektonik menjadi hukum dalam bidang geologi yang dikembangkan untuk memberi keterangan terhadap adanya bukti-bukti pergerakan skala besar yang diaplikasikan oleh litosfer bumi.
Pengertian Lempeng Tektonik Menurut Para Ahli
Adapun definisi ahli tentang lempeng tektonik ini, antara lain;
-
Britania
Lempeng tektonik merupakan teori yang berkaitan dengan dinamika lapisan luar Bumi yang disebut litosfer, yang merevolusi ilmu Bumi dengan menyediakan konteks seragam untuk memahami proses pembentukan gunung, gunung berapi, dan gempa bumi serta evolusi permukaan bumi dan merekonstruksi benua masa lalunya dan lautan.
- The British Geographer
Lempeng tektonik adalah teori yang menjelaskan distribusi global fenomena geologis. Pada prinsipnya ini mengacu pada gerakan dan interaksi litosfer bumi. Ini termasuk formasi, gerakan, tabrakan dan perusakan lempeng dan peristiwa geologi yang dihasilkan seperti kegempaan, vulkanisme, pergeseran benua, dan pembangunan gunung.
- Wikipedia
Teori tektonika Lempeng (Plate Tectonics) merupakan teori dalam bidang geologi yang dikembangkan untuk memberi penjelasan terhadap adanya bukti-bukti pergerakan skala besar yang dilakukan oleh litosfer bumi. Teori ini telah mencakup dan juga menggantikan Teori Pergeseran Benua yang lebih dahulu dikemukakan pada paruh pertama abad ke-20 dan konsep seafloor spreading yang dikembangkan pada tahun 1960-an.
Jenis Lempeng Tektonik
Lempang bumi dibagi menjadi dua yaitu lempeng samudra dan lempeng benua. Pembagian itu didasarkan pada karakteristik setiap lempang
-
Lempeng/Kerak Samudra atau crush
Lempeng samudera merpakan bagian dari lithosfer bumi yang permukannya berada di cekungan samudera. Lempeng samudra tersusun atas mineral-mineral yang banyak mengandung silikon, besi, magnesium yang disebut SIMA. Ketebalannya lebih tipis dibandingkan dengan kerak benua (SIAL), yaitu 5-15 km, tapi massa jenisnya lebih besar yaitu massa jenis rata-rata sekitar 3.3 gram per sentimeter kubik. Lempeng samudra disebut juga lapisan basaltis sebab batuan penyusunnya banyak mengandung basalt.
Beberapa hal perlu diketahui tentang lapisan lempeng samudera, yaitu:
- Material penyusun lapisan kerak samudera paling atas tersusun dari material sedimen yang tebalnya hingga 800 meter.
- Lapisan kerak samudera mengalami pembaruan terus menerus oleh adanya aktivitas vulkanisme di sepanjang celah-celah dasar laut.
- Unsur dari kerak samudera termasuk muda yaitu 200 juta tahun dibandingkan umur kerak benua yang berumur 3,8 miliar tahun.
- Rata-rata berada pada 3.800 meter di bawah laut.
- Lempeng tektonik utama yang termasuk lempeng samudra yaitu Lempeng Pasifik, yang meliputi wilayah Samudera Pasifik.
-
Lempeng/Kerak Benua
Lempeng benua merupakan lempeng yang komposisinya kaya Si dan Al (SIAL). Berat jenisnya rendah yaitu 2,7 g/cm3. Ketebalannya sekitar 20 sampai dengan 70 km. Lempeng benua, sebagiamana namanya, biasanya membentuk daratan. Lempeng benua disebut juga lapisan granitis sebab bahan penyusun utama batuannya terdiri dari batuan yang banyak menagndung granit.
Beberapa hal perlu diketahui tentang lapisan lempeng benua, yaitu:
- Material lapisan kerak benua pada lapisan atas berupa batuan granit ringan
- Material lapisan kerak benua pada lapisan bawah berupa batuan basalt yang lebih rapat.
- Lapisan kerak benua tersusun pada zaman Prekambiun.
- Rata-rata berada di 850 meter di atas permukaan laut.
- Lempeng tektonik utama yang termasuk lempeng benua diantaranya yaitu Lempeng Afrika (meliputi wilayah Afrika); Lempeng Antartika (meliputi wilayah Antartika); Lempeng Australia (meliputi wilayah Australia yang tergabung dengan Lempeng India antara 50 sampai 55 juta tahun yang lalu); Lempeng Eurasia (meliputi wilayah Asia dan Eropa); Lempeng Amerika Utara (meliputi wilayah Amerika Utara dan Siberia timur laut); Lempeng Amerika Selatan (meliputi wilayah Amerika Selatan).
Bagian Batas Lempeng dan Contohnya
Batas lempeng merupakan daerah yang mempunyai aktivitas geologi. Aktivitas geologi tersebut diantaranya yaitu seisme, gunung, gunung api, dan palung laut. Terdapat 3 jenis batas lempeng, yaitu:
-
Transform
Transform adalah bertemunya dua lempeng yang mengakibatkan terjadinya gesekan menyamping di sepanjang sesar fault. Pergerakan relatif kedua lempeng dapat ke kiri yang berlawanan dengan pengamat atau disebut sinistral ataupun ke kanan di sisi yang berlawanan dengan pengamat yang disebut dekstral. Adapun contoh sesar jenis ini adalah Sesar San Andreas di California.
-
Divergen
Divergen merupakan pergerakan dua lempeng yang saling menjauh yang menyebabkan lapisan kerak bumi semakin melebar dan memicu terbentuknya samudera baru dan mid ocean ridge atau punggung laut pada lempeng samudra. Contoh dari pergeseran lempeng ini adalah keberadaan Patahan Besar Afrika dan Pematang Samudera Atlantik.
-
Konvergen
Konvergen merupakan pergerakan dua lempeng yang saling mendekat atau bertumbukan, baik antara lempeng benua dengan lempeng benua maupun antara lempeng benua dan lempeng samudra. Akibatnya terbentuklah zona subduksi apabila salah satu lempeng bergerak di bawah yang lain, atau tabrakan benua (continental collision) apabila kedua lempeng adalah lempeng benua.
Batas konvergen dibagi menjadi 3, yaitu:
- Jika kedua lempeng yang saling mendekat adalah lempeng samudra, yang terjadi adalah lempeng yang satu akan menghunjam ke bawah lempeng yang lain, sehingga terbentuklah busur kepulauan, contohnya dan busur pulau Jepang (Japanese island arc).
- JIka kedua lempeng yang saling mendekat adalah lempeng benua dan lempeng samudra, yang terjadi adalah lempeng samudra akan mengjunjam ke bawah lempeng benua, sehingga terbentuklah pegunungan uplift, contohnya Pegunungan Andes di Amerika Selatan.
- Jika kedua lempeng yang saling mendekat adalah lempeng benua, maka terjadilah peristiwa tumbukan atau collision, yang membentuk Pegunungan Lipatan seperti Pegunungan Himalaya.
Demikianlah serangkaian tulisan dan ulasan tentang materi pengertian lempeng tektonik menurut para ahli, jenis, bagian, dan contohnya. Semoga melalui artikel ini bisa memberikan ulasan serta menambah edukasi mendalam bagi segenap pembaca semuanya.