Orogenesa adalah peristiwa pembentukan gunung, umumnya yang terjadi di daerah geosiklinal. Berbeda dengan epeirogenesa, orogenesa cenderung terjadi selama waktu yang relatif singkat di sabuk linier dan menghasilkan deformasi intensif.
Orogenesis biasanya disertai dengan pelipatan dan jenis patahan pada strata, perkembangan ketidakselarasan sudut (gangguan dalam pengendapan normal batuan sedimen), dan pengendapan sedimentasi klastik di area yang berdekatan dengan sabuk orogenik. Fenomena yang menyertai epeirogenesa termasuk pengembangan diskonformitas regional yang dengan perlahan memiringkan strata yang mendasari dan pembentukan endapan regresif jika marine incursions telah terjadi.
Orogenesa dan Epirogenesa
Orogenesa adalah sebagai gerak pada permukaan bumi berupa pangangkatan dan penurunan permukaan bumi yang terjadi dalam waktu yang sangat cepat dan meliputi daerah yang sempit. Sedangkan gerak epirogenesa dapat diartikan sebagai gerak pada permukaan bumi berupa pengangkatan dan penurunan permukaan bumi yang terjadi dalam waktu yang sangat lama dan meliputi wilayah yang sangat luas.
Dampak Orogenesa dan Epirogenesa
Dampak terjadinya gerak orogenesa yang berupa lipatan dan patahan dapat menghasilkan bentukan muka bumi, antara lain:
-
Terbentuknya Pegunungan
Terbentuknya arti pegunungan, yaitu kumpulan dari beberapa gunung yang membentuk permukaan bumi seolah-olah bergelombang dengan disertai adanya lembah dan lekukan di antara gunung-gunung tersebut. Contoh pegunungan misalnya yaitu Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediterania.
-
Adanya Dataran Tinggi
Terbentuknya arti dataran tinggi, yaitu daerah datar yang berada pada ketinggian di atas 700 m. Contoh dataran tinggi misalnya yaitu Dataran Tinggi Bandung yang ada di Jawa Barat, Dataran Tinggi Karo yang ada di Sumatera Utara, Dataran Tinggi Dekan yang ada di India, Dataran Tinggi Yura yang ada di Perancis.
-
Adanya Depresi/Cekungan
Terbentuknya depresi/cekungan, yaitu bagian permukaan bumi yang mengalami penurunan. Depresi yang bentuknya memanjang dinamakan slenk, sedangkan yang bentuknya membulat dinamakan basin. Contoh depresi misalnya yaitu Depresi Jawa Tengah dan Lembah Semangka.
-
Terbentuknya Cekungan Laut
Terbentuknya palung laut, yaitu bagian luar struktur bumi yang terdapat di dasar laut dengan kedalaman lebih dari 5.000 meter. Palung laut berbentuk memanjang dan sempit karena adanya proses penenggelaman yang terusmenerus. Contoh palung misalnya yaitu Palung Laut Mindanau dan Palung Laut Kai.
-
Adanya Lubuk Laut
Terbentuknya lubuk laut, yaitu proses pembentukannya sama dengan palung laut, hanya saja bentuknya membulat dengan kedalaman juga lebih dari 5.000 meter. Contoh lubuk laut misalnya yaitu Lubuk Laut Sulu dan Lubuk Laut Banda.
Contoh fenomena yang merupakan dampak terjadinya gerak epirogenesa positif, misalnya:
- Terjadi penurunan di beberapa pulau di Indonesia, seperti di Kepulauan Maluku hingga ke pulau Banda. Setiap tahunnya pulau-pulau tersebut turun sebanyak 1 cm.
- Turunnya lembah yang terdapat di sungai Kongo, Afrika hingga mencapai 2.000 km di bawah permukaan laut.
Contoh fenomena yang merupakan dampak terjadinya gerak epirogenesa negatif, misalnya:
- Naiknya daratan tinggi atau plato di Colorado, Amerika Serikat. Mengalami pengangkatan sekitar 1.000 meter sejak 5 juta tahun yang lalu.
- Terjadi kenaikkan pulau Simeulue pada bagian utara, saat terjadi gempa bumi di Aceh, Indonesia.
- Pantai Stockholm yang mengalami kenaikan sekitar 1 meter setiap 100 tahun.
Demikianlah ulasan dan penjelasan yang bisa kami sajikan pada segenap pembaca. Tentang dampak orogenesa dan epirogenesa serta contohnya yang mudah dimengerti. Semoga bisa membantu kalian yang membutuhkan referensi ini.