Pendekatan sintetik dalam objek studi geografi dapat memberikan perkiraan praktis tentang konsekuensi gangguan manusia dengan kekuatan alam. Secara historis, ilmu geografi telah dibagi menjadi kategori fisik versus manusia, sistematis versus regional, deterministik versus kemungkinan, dan normatif versus positif.
Akibat kajian yang begitu luas dalam mempelajari geografi terdapat berbagai pendekatan. Salah satunya ialah pendekatan yang dipergunakan sebagai analisisnya yaitu pendekatan kompleks wilayah yang menganggap bahwa wilayah yang merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdapat komponen-komponen wilayah yang saling berkitan satu sama lain.
Pendekatan Kompleks Wilayah
Konsep pendekatan geografi wilayah saat ini digunakan dalam analisis, perencanaan, dan administrasi banyak program publik nasional dan internasional. Regionalisme, atau kesadaran kewilayahan, korelasi ideologis dari konsep yang berkembang dari rasa identitas di dalam wilayah, penting dalam banyak analisis sejarah, politik, dan sosiologis.
Konsekuensi dari adanya interaksi tersebut ialah bahwa jika ada salah satu atau beberapa komponen yang mengalami perubahan, maka sangat memungkinkan terjadi perubahan komponen-komponen yang lain. Perubahan tersebut bisa berbentuk perubahan yang disengaja oleh manusia maupun perubahan yang tidak diinginkan manusia.
Perubahan yang diinginkan oleh manusia merupakan perubahan yang diangap dapat mewujudkan kondisi yang kondusif terhadap kinerja kehidupan manusia. Sedangkan, perubahan yang tidak diinginkan merupakan perubahan yang dianggap akan mengancam keberlanjutan kehidupan manusia dengan berbagai aspeknya.
Pengertian Pendekatan Wilayah
Pendekatan kompleks wilayah adalah cara pandang hakikat geografi terhadap gejala yang terjadi di suatu wilayah dengan melihat kondisi beberapa wilayah yang terkait. Pendekatan kompleks wilayah atau bisa juga disebut sebagai analisis regional yang kompleks menggabungkan hasil analisis spasial dan ekologi.
Satuan wilayah yang sesuai diidentifikasi oleh diferensiasi areal. Keunikan dari analisis regional yang kompleks adalah bahwa analisis antar-regional dari distribusi fenomena, hubungan positif dan umpan baliknya diperiksa.
Perhatikan skema yang dibuat oleh Hagget berikut ini:
Dalam skemanya tersebut, Haggett mencoba menyusun temanya di bawah judul utama analisis ekologi dan kompleks wilayah. Dari gambar tersebut terlihat bahwa ketiga jenis analisis yaitu spasial, ekologis, dan regional yang kompleks memiliki aspek teoritis dan terapan.
Aspek teoritis analisis spasial berkaitan dengan teori interaksi spasial, teori difusi, dan lain-lain; Sedangkan aspek penerapannya meliputi pengembangan DAS, perkotaan, dan lain-lain.
Pengertian Pendekatan Wilayah Menurut Para Ahli
Adapun definisi pendekatan wilayah menurut para ahli, antara lain:
-
Yunus (2008)
Istilah pendekatan komleks wilayah (regional complex approach) perlu disadari dan dipahami secara benar, yaitu konsep ini menegaskan pentingnya memahami tentang property di wilayah bersangkutan dan merupakan regional entity.
Dasar yang digunakan dalam pendekatan yaitu kompleksitas gejala dari eksistensi suatu wilayah, di samping efek internalitas dan eskternalitas pada wilayah dan perwilayahan tersebut.
Contoh Pendekatan Wilayah
Contoh aplikasi pendekatan kompleks wilayah dalam mengkaji suatu fenomena geosfer misalnya banjir yang hampir setiap tahun melanda ibu kota Jakarta. Untuk mengkaji fenomena tentang suatu fenomena geosfer analisis yang dilakukan yaitu:
Maka untuk contoh kajiannya sebagai berikut;
- Misal bencana banjir di Jakarta yang terjadi pada tahun 2013, banjir tersebut menggenangi sebagian besar wilayah Jakarta. Wilayah yang banyak tergenang banjir terutama di kawasan Jakarta Utara, Jakarta Timur dan Jakarta Barat, sedikit di kawasan Jakarta Pusat dan sebagian kawasan Jakarta Selatan.
- Berdasarkan data pada Geologi, dikerahui bahwa secara geomorfologi struktur permukaan kota Jakarta berupa dataran rendah yang terbentuk oleh material aluvium (pengendapan hasil erosi sungai) di sebelah utara dan diselingi dengan pengendapan material pematang pantai yang masuk sampai ke daratan. Sedangkan wilayah Jakarta bagian selatan berupa dataran kipas aluvial yang merupakan hasil pengendapan material erosi dari wilayah yang lebih tinggi (perbukitan/pegunungan ).
- Jakarta bagian utara berupa dataran alluvium, sehingga bisa diidentifikasi bahwa terdapat sungai di wilayah tersebut, begitu juga di bagian selatan yang berupa kipas aluvial yang tentunya juga dilewati oleh aliran sungai. Diketahui terdapat 13 sungai melewati Jakarta, beberapa sungai bermuara di sungai Ciliwung di bagian tengah ke barat, sedangkan di bagian timur ada 5 sungai dengan 1 diantaranya langsung bermuara ke laut Jawa..
- Jakarta adalah kota besar dengan tingkat kepadatan penduduk paling tinggi di Indonesia. Berdasarkan data statistik pemerintah DKI Jakarta pada tahun 2019, diketahui bahwa jumlah penduduk Jakarta mencapai 11.063.324 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 16.704 jiwa/km2. Dengan tingkat kepadatan tersebut dapat dipastikan bahwa penggunaan lahan Jakarta paling dominan untuk permukiman.
- Permasalahan lain yang turut berpengaruh terhadap banjir di Jakarta adalah sampah. Kesadaran penduduk yang masih rendah dalam membuang sampah bisa dilihat dari banyaknya sampah yang masih berserakan. Hal itu menyebabkan penyumbatan saluran air. Selain itu, peraturan daerah tentang pengelolaan sampah yang masih belum efektif juga menjadi faktor pendukung penumpukan sampah.
- Kurang baiknya sistem sanitasi serta penggunaan air tanah yang berlebihan mengakibatkan beberapa wilayah di Jakarta mengalami penurunan muka tanah. Dari tahun 1974-2010 diketahui penurunan muka air tanah di Jakarta yaitu 0,25 meter hingga 4,1 meter.
- Secara geologis, Jakarta adalah daerah endapan yang merupakan hasil erosi berupa aluvium dan kipas aluvial, maka endapan tersebut akan berinterelasi dengan erosi yang terjadi di tempat lain. Apabila endapan yang dihasilkan berupa bentuklahan yang terletak di tempat paling rendah di suatu tempat, itu artinya akan berinterelasi dengan wilayah lebih tinggi di sekitarnya.
Berdasarkan data pada peta, ketinggian tempat di Pulau Jawa, diketahui bahwa Pulau Jawa bagian tengah hingga selatan pulau Jawa bagian barat didominasi oleh bentang lahan Vulkanik (beberapa gunung yang terdapat di wilayah ini seperti Gunung Halimun, Gunung Salak dan Gunung Pangrango).
Sedangkan, bagian tengah hingga utara Pulau Jawa bentang lahannya berupa permukaan bergelombang hingga dataran rendah pada bagian tepinya. Kota Jakarta yang terletak di lokasi paling utara termasuk dalam wilayah dataran paling rendah. Akibatnya wilayah ini selalu dilewati oleh air menuju laut Jawa.
- Kondisi dataran yang rendah dan banyaknya aliran sungai yang melewati Kota Jakarta mengakibatkan hujan yang turun di tempat lain, misalnya di Bogor atau lereng Gunung Salak dan Gunung Pangrango mengalirkan air hujan ke sungai-sungai yang melewati Jakarta karena lereng gunung tersebut menghadap ke Jakarta.
Ketika sungai-sungai tersebut tidak dapat mengalirkan air dengan lancer, akibatnya air hujan akan meluap di sekitar aliran sungai sehingga menyebabkan genangan banjir.
- Hujan yang menyebabkan terjadinya banjir tidak selalu hujan yang terjadi di Kota Jakarta itu sendiri, tapi hujan bisa saja terjadi di lereng-lereng gunung atau wilayah Bogor yang menghadap ke Jakarta.
Ketika mencapai wilayah Jakarta yang merupakan dataran, aliran sungai akan melambat sedangkan pasokan yang berasal dari hulu akan terus bertambah. Akibatnya lama-kelamaan sungai tidak mampu lagi dalam menampung air hingga akhirnya meluap dan menggenang menjadi banjir. Kondisi inilah yang kemudian seringkali memunculkan istilah banjir kiriman.
- Terjadinya alih fungsi lahan di daerah sekitar hulu sungai-sungai yang melewati Jakarta juga turut berpengaruh terhadap banjir di Jakarta. Kawasan hutan yang berubah menjadi kawasan hunian wisata (villa) serta berbagai peruntukan lainnya mengakibatkan kawasan yang mulanya berfungsi sebagai daerah tangkapan air hujan tidak mampu meresapkan air hujan ke dalam lapisan air tanah.
Luas kawasan hutan yang semakin berkurang menyebabkan air tidak bisa disimpan di zona perakaran dan mengalir ke lereng menjadi air permukaan. Pada prosesnya air hujan tersebut akan masuk mengalir sungai sampai menuju Jakarta.
Ketika banjir terjadi, kerusakan dan alih fungsi lahan di daerah sekitar hulu sungai yang melewati Jakarta bukan hanya mengalirkan air hujan tapi juga membawa sampah dari limbah rumah tangga dan sampah dari kerusakan hutan.
Banyaknya sampah ranting dan batang pohon yang menyumbat pintu-pintu air bisa dijadikan sebagai salah satu indikator bahwa penyebab banjir Jakarta bukan hanya sampah dari Jakarta itu sendiri tapi juga sampah dari tempat lain
Permasalahan banjir tahunan di Jakarta merupakan masalah yang kompleks, sebab tidak hanya berasal dari faktor-faktor spasial dan lingkungan di wilayah Jakarta itu sendiri, tapi juga melibatkan faktor dari wilayah lainnya, sehingga pendekatan geografi yang sesuai untuk mengkaji permasalahan ini adalah pendekatan kompleks wilayah.
Nah, itulah saja artikel yang bisa kami kemukakan pada segenap pembaca berkenaan dengan pengertian pendekatan wilayah menurut para ahli dan contoh kajiannya. Semoga memberi edukasi bagi kalian semuanya yang sedang membutuhkan pada saat ini.