Setiap hari sebagian besar yang dikonsumsi manusia terbuat dari plastik misalnya botol plastik dan tempat makanan. Hal itu karena plastik dinilai lebih murah dan tahan lama. Namun plastik memiliki struktur kimia yang sulit terurai (memakan waktu lebih dari 400 tahun atau lebih) karenanya menghadirkan tantangan besar di berbagai negara termasuk di Indonesia.
Bahkan Indonesia menjadi negara penghasil sampah plastik terbesar kedua setelah China. Setiap hari volume sampah plastik bertambah dan plastik juga terus diproduksi dan sering kali dibuang sembarangan di darat atau di sungai yang berakhir di laut, sehingga mengancam kehidupan laut. Bukan hanya itu sampah plastik juga memiliki dampak bagi organisme lain, serta keseimbangan dalam medis (kesehatan) dan lingkungan.
Sampah Plastik
Enam dekade terakhir produksi massal plastik sangat cepat sehingga menghasilkan 8,3 miliar ton plastik dan lebih dari 90% plastik tidak didaur ulang. Pada 2018, sekitar 380 juta ton plastik diproduksi di seluruh dunia setiap tahun. Planet bumi tidak dapat mengatasi jumlah plastik yang mencemari arti lingkungan ini, dan seruan untuk mengurangi polusi dan konsumsi plastik semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Sampah plastik adalah bahan polimerik, yaitu bahan yang molekulnya sangat besar, sering kali menyerupai rantai panjang yang terdiri dari rangkaian yang saling berhubungan yang tampaknya tak berujung. Karena sebagian besar plastik sintetis tidak dapat terurai secara biologis, mereka cenderung bertahan di lingkungan.
Dampak Sampah Plastik
Keberadaan sampah plastik memiliki beragam dampak, baik bagi manusia, lingkungan, kesehatan, ekosistem, dan lainnya. Diantaranya yaitu:
-
Bahaya mikroplastik
Mikroplastik dapat mencemari udara, air, makanan dan minuman, termasuk garam, ikan laut. Banyak organisme tidak menunjukkan perubahan dalam makan setelah menelan mikroplastik namun apabila semua jenis makhluk laut menelan mikroplastik, dan saat mereka naik ke rantai makanan dimana hewan laut dikonsumsi manusia kemudian plastik ini pasti akan masuk ke usus manusia.
-
Perubahan iklim
Produksi dan pembakaran plastik akan menyumbang gas rumah kaca setara dengan 850 juta ton karbon dioksida (CO2) ke lapisan atmosfer. Saat ini tren emisi tahunan akan meningkat menjadi 1,34 miliar ton pada tahun 2030. Pada tahun 2050, plastik dapat mengeluarkan 56 miliar ton emisi gas rumah kaca, sebanyak 14 persen dari sisa anggaran karbon bumi.
Pada tahun 2100 ia akan mengeluarkan 260 miliar ton, lebih dari setengah anggaran karbon. Hal ini lantaran emisi dari produksi, transportasi, pembakaran, tetapi ada juga pelepasan metana dan efek pada fitoplankton.
-
Pencemaran tanah dan air tanah
Jumlah plastik yang berada di darat lebih besar dan lebih terkonsentrasi daripada di perairan. Plastik terklorinasi dapat melepaskan bahan kimia berbahaya ke dalam tanah di sekitarnya, yang kemudian dapat meresap ke air tanah atau sumber air di sekitarnya dan juga ekosistem lain. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan serius pada spesies yang meminum air tersebut termausk manusia.
-
Pencemaran air sumur
Sebuah studi tahun 2017 menemukan bahwa 83% sampel air keran yang diambil di seluruh dunia mengandung polutan plastik. Hal ini berarti bahwa orang mungkin menelan antara 3.000 dan 4.000 mikropartikel plastik dari air sumur per tahun. Analisis menemukan partikel berukuran lebih dari 2,5 mikron, yang 2500 kali lebih besar dari nanometer.
Saat ini tidak jelas apakah kontaminasi ini memengaruhi kesehatan manusia, tapi jika air juga ditemukan mengandung polutan partikel nano, mungkin ada dampak buruk pada kesejahteraan manusia, menurut para ilmuwan yang terkait dengan penelitian tersebut.
Namun, polusi air sumur plastik masih belum dipelajari, seperti juga kaitan bagaimana polusi berpindah antara manusia, udara, air, dan lapisan tanah.
-
Efek sampah plastik pada banjir
Sampah plastik dapat menyebabkan arti banjir. Hal ini terjadi ketika telah menumpuk dan menyumbat saluran air maka ketika hujan deras bukan tidak mungki lagi kan terjadi berbagai jenis banjir. Bahkan di beberapa kota sampah plastik telah meningkatkan kerusakan akibat banjir.
-
Efek sampah plastik pada lautan
Sampah plastik yang masuk ke laut meningkat setiap tahun dengan banyak plastik yang masuk ke laut dalam partikel yang berukuran lebih kecil dari 5 milimeter. Pada tahun 2016 diperkirakan ada sekitar 150 juta ton polusi plastik di lautan dunia, yang diperkirakan akan meningkat menjadi 250 juta ton pada tahun 2025.
Pada tahun 2020, sebuah penelitian menemukan bahwa Samudra Atlantik mengandung plastik sekitar 10 kali lebih banyak daripada yang diperkirakan sebelumnya. Sampah yang dikirim ke lautan beracun bagi kehidupan laut, dan manusia.
Racun yang merupakan komponen plastik termasuk diethylhexyl phthalate, yang merupakan karsinogen toksik, serta timbal, kadmium, dan merkuri. Mengkonsumsi ikan yang mengandung racun ini dapat menyebabkan peningkatan kanker, gangguan kekebalan, dan cacat lahir.
-
Efek bagi hewan
Polusi plastik berpotensi meracuni hewan, yang kemudian dapat berdampak buruk pada persediaan makanan manusia. Polusi plastik telah digambarkan sebagai sangat merugikan bagi mamalia laut besar. Beberapa spesies laut, seperti penyu, ditemukan mengandung banyak plastik di perut mereka.
Ketika hal ini terjadi, hewan tersebut biasanya akan kelaparan, karena plastik menghalangi saluran pencernaan hewan tersebut. Bahkan terkadang mamalia laut terjerat dalam produk plastik seperti jaring, yang dapat membahayakan atau membunuh mereka.
-
Sampah plastik dapat membelit hewan
Terbelit sampah plastik telah menyebabkan kematian banyak organisme laut, seperti ikan, anjing laut, penyu, dan burung.
Hewan-hewan ini terperangkap dalam puing-puing dan akhirnya mati lemas atau tenggelam karena mereka tidak dapat melepaskan diri. Selian itu mereka juga mati karena kelaparan atau karena ketidakmampuan mereka untuk melarikan diri dari predator.
Dalam laporan tahun 2006 yang dikenal sebagai Sampah Plastik di Lautan Dunia diperkirakan bahwa setidaknya 267 spesies hewan telah terjerat dan tertelan sampah plastik. Diperkirakan lebih dari 400.000 mamalia laut musnah setiap tahun karena polusi plastik di lautan.
-
Berdampak buruk bagi kesehatan manusia
Senyawa yang digunakan dalam pembuatan plastik mencemari lingkungan dengan melepaskan bahan kimia ke udara dan air. Beberapa senyawa yang digunakan dalam plastik, seperti ftalat, bisphenol A (BRA), polibrominasi difenil eter (PBDE), berada di bawah undang-undang yang ketat.
Meskipun senyawa ini tidak aman, senyawa ini telah digunakan dalam pembuatan kemasan makanan, peralatan medis, bahan lantai, botol, parfum, kosmetik, dan banyak lagi. Dosis besar senyawa ini berbahaya bagi manusia dengan merusak sistem endokrin.
PBD menghancurkan dan menyebabkan kerusakan pada hormon tiroid, yang merupakan kelenjar hormon vital yang berperan besar dalam metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia.
-
Merusak keindahan lingkungan
Banyaknya sampah plastik yang berserakan juga akan mengganggu pemandangan atau merusak keindahan lingkungan. Bahkan apabila tercium bau busuk di tumpukan sampah tersebut hal itu akan sangat mengganggu manusia.
-
Menganggu sistem reproduksi manusia
Karena produk plastik mudah menyebar, sebagian besar populasi manusia terus-menerus terpapar komponen kimiawi plastik. 95% orang dewasa di Amerika Serikat memiliki tingkat BPA yang terdeteksi dalam urin mereka. Paparan bahan kimia seperti BPA telah berkorelasi dengan gangguan kesuburan, reproduksi, pematangan seksual, dan efek kesehatan lainnya.
-
Ekonomi
Sampah plastik juga memiliki dampak pada perekonomian, hal ini dikrenakan sampah plastik yang menumpuk akan menyebabkan gangguan pada bidang perikanan, perkapalan, dan pariwisata, sehingga baik secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaru terhadap perekonomian.
-
Biaya pembersihan sampah plastik yang mahal
Beberapa negara menghabiskan jutaan dolar setiap tahun untuk membersihkan daerah yang terkena dampak akibat sampah plastik, belum lagi hilangnya nyawa tumbuhan, hewan, dan manusia. Menemukan tempat untuk membuang sampah plastik saat ini menjadi masalah di banyak negara di dunia.
-
Merusak terumbu karang
Sampah plastik dapat merusak terumbu karang, hal ini dikarenakan plastik dapat menghalangi cahaya dan oksigen untuk mencapai terumbu karang, padahal dua hal tersebut sangat dibutuhkan terumbu karang untuk bertahan hidup.
Kehadiran plastik juga dianggap mendorong pertumbuhan patogen berbahaya dan mengangkutnya ke terumbu karang
Nah, itulah tadi artikel lengkap yang bisa kami tuliskan pada segenap pembaca berkenaan dengan dampak adanya sampah plastik pada lingkungan, kesehatan, manusia, ekonomi, lapisan tanah, dan lainnya. Semoga memberikan edukasi untuk kalian yang memperlukannya.